Penampilan buruk Talon Esports di minggu pertama PMSL SEA Spring 2025 tentunya masih melekat di ingatan kita. Salah satu tim terkuat Indonesia di sepanjang tahun 2024 lalu kini sedang berada di ujung tanduk. Talon Esports yang sudah melewatkan babak Super Weekend minggu pertama setelah hanya mampu finish di #23 di babak Group Stage mau tidak mau harus bangkit di minggu kedua. Jika sekali lagi gagal untuk bisa mengamankan tiket menuju babak Super Weekend, sudah bisa dipastikan bahwa kita tidak akan melihat penampilan dari Talon Esports di babak Grand Final mendatang.
Gagal untuk berpartisipasi di babak Super Weekend minggu pertama, tentunya Coaching Staff dan para player memiliki waktu lebih untuk bisa melakukan evaluasi besar-besaran agar bisa bangkit dari keterpurukan. Talon Esports yang kembali berada di Group C minggu kedua babak Group Stage akan menuntaskan seluruh pertandingannya dalam dua hari sekaligus, yang berarti mereka harus mampu untuk mengumpulkan pundi-pundi poin sebanyak mungkin agar tidak terkejar di hari terakhir babak Group Stage.
Namun sangat disayangkan, Talon Esports yang kita harapkan mampu untuk “bounce-back” dari hasil buruk mereka di minggu pertama justru kembali harus menelan pil pahit di hari pertama babak Group Stage minggu kedua. Talon Esports sempat memberikan secercah harapan di match pertama Sanhok. Beberapa pundi eliminasi dan berhasil survive hingga #4 membuat Talon Esports sempat berada di papan atas klasemen sementara. Namun ternyata trend positif tersebut tidak mampu mereka lanjutkan di sisa 5 game yang mereka mainkan. Dari total 20 poin yang mereka dapatkan di hari pertama kemarin, setengahnya mereka dapatkan di match pertama Sanhok, yang berarti mereka hanya mampu mengoleksi total 10 poin di 5 game selanjutnya. Tentunya hasil tersebut bukanlah hasil yang diharapkan oleh Talon Esports sendiri dan bahkan seluruh fans #IndoPride diluar sana.
BoyCil yang didatangkan oleh Talon Esports di bursa transfer season Spring kemarin nyatanya tidak mampu untuk mengangkat permainan dari Talon Esports dari keterpurukan. BoyCil tentunya di proyeksikan sebagai suksesor dari seorang RedFace yang seringkali dianggap memiliki terlalu banyak “Gerakan Tambahan” ketika bermain. Namun sepertinya ekspektasi tersebut tidak mampu di penuhi oleh seorang BoyCil yang sudah sering mendapatkan kesempatan bermain namun masih belum mampu untuk menunjukkan kapasitasnya. Pertanyaan sesungguhnya adalah, apakah benar sosok BoyCil adalah pilihan yang tepat untuk menggantikan seorang juru gedor dengan segudang pengalaman seperti RedFace?
Jika berbicara mengenai “Substitute Player” atau pemain kelima, tentunya di butuhkan sosok yang mampu untuk “mengubah” permainan ketika mereka di percaya untuk bermain. Selain itu, player kelima harus mampu untuk menciptakan “persaingan” yang sehat diantara keempat player utama agar masing-masing player mampu untuk mengeluarkan seluruh potensi terbaiknya dan terus memiliki hasrat untuk bermain sebagai player utama. Namun sepertinya kriteria diatas tidak dimiliki oleh seorang BoyCil. Jangan salah paham, BoyCil merupakan salah satu pemain berbakat Indonesia yang sudah bermain sejak tahun 2021 silam. Tentunya berbagai pengalaman baik maupun buruk sudah di rasakan oleh sosok BoyCil. Selain itu, salah satu poin plus dari BoyCil adalah movement yang sangat lincah dan membuatnya menjadi salah satu player Indonesia dengan kemampuan “close combat” terbaik. Namun sekali lagi, BoyCil bukanlah sosok “puzzle” pelengkap yang di butuhkan oleh Talon Esports.
Salah satu faktor terbesar dari kegagalan Talon Esports sejauh ini di PMSL SEA Spring 2025 adalah “Decision Making”. Terlihat jelas bagaimana Talon Esports hampir tidak pernah terlihat berhasil survive hingga late game. Tentunya hal tersebut sangat diepngaruhi oleh Decision Making atau pengambilan keputusan mereka yang terlihat jelas sangat penuh dengan keraguan. Talon Esports memang seringkali “dikhianati” oleh shifting circle yang membuat mereka harus terus melakukan rotasi untuk masuk ke dalam circle. Namun, di season Spring kali ini keputusan mereka bisa di katakan sangat aneh. Alih-alih melakukan rotasi ke dalam circle atau mencoba untuk melakukan re-take compound milik lawan, Talon Esports justru memilih untuk menahan sakitnya DPS dari blue zone dan pada akhirnya sudah tidak ada tempat lagi untuk mereka. Satu per satu player terculik dan player terakhir pun tidak mampu untuk membawa pulang setidaknya satu poin placement.
Missery sebagai seorang in-Game Leader yang penuh dengan segudang pengalaman sepertinya tidak mampu untuk membimbing rekan-rekannya untuk menemukan gameplay terbaik mereka. Jika seorang “leader” tidak mampu untuk memutuskan suatu hal untuk timnya, bisa dikatakan dengan gamblang bahwa leader tersebut gagal dalam menjalankan tugasnya. Keputusan apapun yang diambil oleh seorang leader seharusnya tidak pernah menjadi suatu masalah jika keputusan tersebut memiliki dasar yang kuat untuk dilakukan. Namun sayangnya jika melihat gameplay dari Talon Esports selama dua minggu terakhir, rasa-rasanya Missery seperti di selimuti oleh ratusan keraguan yang menghambat dirinya untuk bisa mengambil keputusan untuk timnya. Bahkan jika keputusan tersebut adalah “berperang” dan pada akhirnya Talon Esports tetap kalah, hal seperti itu sepertinya sudah sangat wajar terjadi. Namun kenyataanya Talon Esports sudah kehilangan “sense” dalam melakukan peperangan dengan tim lawan.
Perubahan line-up yang sudah sering dilakukan oleh Coach S1nyo sejauh ini belum memberikan dampak apa-apa. Gameplay yang sama pun terus diulang berkali-kali oleh Talon Esports dan hasilnya seperti yang kita lihat saat ini, sama sekali tidak maksimal. Memainkan gameplay outer di saat kondisi tim tidak memiliki kesiapan untuk melakukan fight dengan tim lawan rasanya bukanlah keputusan yang bijak. Talon Esports pernah menjadi tim yang memainkan gameplay “center circle” seperti yang mahir dilakukan oleh D’Xavier dan hasilnya sangat baik. Lantas mengapa gameplay tersebut belum dicoba untuk diterapkan hingga minggu kedua berlangsung? Talon Esports yang sejauh ini kesulitan untuk bisa mendapatkan placement point seharunsya mencoba opsi tersebut. Walaupun dengan bermain center circle akan membuat gameplay menjadi lebih pasif, tapi setidaknya placement point sudah berada di dalam genggaman dan ketika suatu tim berhasil survive hingga ke late game, bukankah poin-poin eliminasi akan datang dengan sendirinya?
Hari terakhir sudah berada di depan mata. Hari terakhir yang menjadi “nyawa” terakhir bagi Talon Esports untuk menentukan nasib mereka di PMSL SEA Spring 2025. Mental mereka tentunya sudah cukup down sejak kegagalan di minggu pertama kemarin. Kini, mental tersebut harus dipaksa untuk bangkit. Satu-satunya cara untuk bangkit adalah dengan melawan. Missery, Axel, Yoru, Linix dan BoyCil tentunya tidak ingin perjalanan mereka di season kali ini hanya sampai di babak Group Stage. Coaching Staff juga tentunya sudah memikirkan berbagai strategi untuk bisa bangkit di hari kedua nanti. Satu-satunya hal yang bisa kita lakukan sebagai penikmat layar kaca adalah terus mengirimkan support yang tak terhingga untuk Talon Esports yang sedang berjuang keras untuk bisa mengharumkan nama bangsa. Goodluck, Talon Esports.