Hari ini akan menjadi saksi langkah awal yang telah ditempuh oleh 16 tim terbaik Southeast Asia selama dua pekan babak Group Stage menuju panggung juara. Seperti biasa, babak Grand Final PMSL SEA Spring 2025 kali ini juga akan berlangsung selama 3 hari dari tanggal 14-16 Maret 2025. Malaysia yang kembali dipilih sebagai “Tuan Rumah” untuk ajang paling bergengsi se-SEA ini akan kembali menjadi saksi siapakah tim terbaik SEA untuk season Spring kali ini. Selain itu, terdapat fun-fact menarik ketika Malaysia ditunjuk sebagai Host dari PMSL SEA. Dari tiga event PMSL SEA sebelumnya yang diadakan di Malaysia, tim asal Indonesia berhasil menyapu bersih semuanya dengan trophy kemenangan. Alter Ego Ares berhasil mendapatkan dua piala PMSL SEA-nya pada tahun 2023 di negeri Malaysia, dan pada tahun lalu tepatnya di season Spring PMSL SEA, BOOM Esports juga berhasil keluar sebagai jawara. Apakah hal tersebut akan terulang kembali pada hari Minggu nanti? mari kita saksikan bersama.
Berbicara mengenai Malaysia, salah satu tim yang saat ini sedang berada di performa terbaiknya yaitu CDAL tentunya membidik gelar juara PMSL SEA Spring 2025. CDAL yang tampil konsisten di sepanjang babak Group Stage terkhususnya di Minggu pertama. CDAL berhasil menjadi pemuncak klasemen Super Weekend di Minggu pertama berkat penampilan yang sangat luar biasa. Walaupun sempat mengalami sedikit penurunan performa pada Minggu kedua, namun CDAL yang sudah seringkali “gagal” mengamankan gelar juara ketika berada di atas angin tetap menjadi kandidat kuat untuk season kali ini. Apa lagi jika mengingat bahwa mereka akan bermain di hadapan suporternya sendiri, tentunya hal tersebut akan menjadi boostingan mental yang sangat positif bagi pasukan CDAL.
Berbicara mengenai Konsistensi, dua tim raksasa SEA tentunya juga tidak akan ketinggalan dalam perebutan gelar juara di season kali ini. Laba-laba asal Vietnam, D’Xavier akan menjadi tim yang paling diuntungkan pada babak Grand Final nanti. Setelah permainan yang konsisten mereka tunjukkan selama dua Minggu babak Group Stage, D’Xavier akan memulai babak Grand Final dengan perolehan Starting Point tertinggi diantara tim lainnya, yaitu 21 poin. Walaupun belum pernah meraih trophy PMSL SEA, namun D’Xavier pernah menjadi juara SEA saat masih menggunakan format PMPL SEA. Terlebih lagi pengalaman yang dimiliki oleh Parajin dkk tentunya akan membantu mereka untuk bisa mengamankan titel juara di season ini. Vampire Esports tentunya tidak akan tinggal diam di babak Grand Final nanti. Walaupun akan memulai babak Grand Final dengan 14 total poin, namun Vampire Esports tetaplah Vampire Esports. Tidak ada tim yang ingin berhadapan langsung dengan mereka dengan sengaja.
Dua tim asal Indonesia yang memiliki kans cukup tinggi jika berkaca dengan penampilan mereka di babak Group Stage adalah RRQ Ryu dan Bigetron Esports. RRQ Ryu menjadi salah satu tim yang menjelma menjadi pasukan yang sangat tangguh di season kali ini. Tentunya hal tersebut dipengaruhi dengan perubahan line-up mereka yang sejauh ini membawa angin segar bagi tim Naga tersebut. RRQ Ryu bahkan berhasil menjadi pemenang dari babak Smash Rule pada Minggu dua kemarin yang membuat mereka akan memulai babak Grand Final dengan 20 poin, selisih 1 poin dari DX. Di lain sisi, Bigetron Esports yang cukup struggle di Minggu kedua kemarin perlahan kembali bisa menemuka titik balik momentum mereka. Sempat menjadi salah satu tim yang berhasil meraih Match Point di babak Smash Rule kemarin menjadi bukti bahwa Bigetron Esports tidak dapat dianggap sebelah mata. Pasukan Robot Merah akan start dari 19 poin di babak Grand Final.
Selain para tim unggulan diatas yang memang sudah menunjukkan performa yang sangat stabil di sepanjang babak Group Stage, tentunya beberapa tim lainnya juga akan menjadi ancaman serius bagi tim-tim besar. Justru mereka yang kurang mendapatkan spotlight bisa saja akn tampil lebih lepas dan tidak menanggung beban pressure yang begitu berat. Tim-tim seperti BOOM Esports dan Alter Ego Ares yang sudah pernah mencicipi gelar juara PMSL SEA tentunya memiliki pengalamannya sendiri dalam menangani kondisi-kondisi tertentu yang biasanya terjadi di babak Grand Final. Sekedar “jago nembak” saja tidak akan cukup. Perlu adanya keseimbangan antara aim power dan juga mentalitas di atas stage.